Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya, ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Doktrin Reagan: Kebijakan Luar Negeri AS di Perang Dingin

Rabu, 26 Februari 2025 13:15 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Ilustrasi Amerika Serikat
Iklan

Strategi AS mendukung 'pejuang kebebasan' global demi melawan pengaruh Soviet, tapi menuai kontroversi dan kritik.

Dalam pidato State of the Union, Presiden Ronald Reagan memperkenalkan prinsip utama kebijakan luar negerinya yang kemudian dikenal sebagai “Doktrin Reagan.”

Doktrin ini menjadi dasar bagi pemerintahan Reagan dalam mendukung kelompok-kelompok yang disebut sebagai “pejuang kebebasan” di berbagai belahan dunia.

Prinsip Doktrin Reagan

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam pidatonya, Reagan menegaskan bahwa kebebasan bukanlah hak istimewa segelintir orang, melainkan hak universal bagi seluruh umat manusia. Ia menyatakan bahwa misi Amerika Serikat adalah menjaga dan mempertahankan kebebasan serta demokrasi di dunia.

Lebih lanjut, Reagan menyatakan bahwa AS harus mendukung sekutu demokratisnya dan tidak boleh mengabaikan mereka yang mempertaruhkan nyawa untuk menentang agresi yang didukung Uni Soviet, mulai dari Afghanistan hingga Nikaragua. Baginya, mendukung pejuang kebebasan adalah bentuk pertahanan diri.

Implementasi Kebijakan

Sebagai bentuk nyata dari Doktrin Reagan, pemerintahan AS memberikan dukungan militer secara diam-diam kepada berbagai kelompok yang dianggap sebagai pejuang kebebasan, di antaranya:

  1. Kontra di Nikaragua, yang berperang melawan pemerintahan kiri Sandinista.
  2. Mujahidin di Afghanistan, yang berjuang melawan pendudukan Soviet.
  3. Kelompok antikomunis di Angola, yang terlibat dalam perang saudara melawan rezim yang didukung Uni Soviet dan Kuba.

Reagan terus membela kebijakan ini sepanjang masa kepemimpinannya. Dalam pidato perpisahannya pada tahun 1989, ia mengklaim keberhasilan doktrin tersebut dalam melemahkan pemerintahan Sandinista, memaksa Uni Soviet mundur dari Afghanistan, dan mengakhiri konflik di Angola.

Kontroversi dan Kritik

Kendati Reagan mengklaim keberhasilannya, kebijakan ini tidak lepas dari kritik. Para oposisi di AS, berpendapat bahwa dukungan negaranya terhadap kelompok “pejuang kebebasan” justru memperpanjang konflik berdarah dan dalam beberapa kasus, AS dianggap mendukung kelompok yang represif dan antidemokratis.

Meskipun kontroversial, Doktrin Reagan menjadi salah satu strategi utama AS dalam memerangi pengaruh Uni Soviet selama Perang Dingin. Kebijakan ini memperkuat peran AS dalam geopolitik dunia sekaligus memicu perdebatan mengenai etika intervensi militer dan dukungan terhadap kelompok bersenjata di negara lain.

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan

Lulusan Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta|Adil sejak dalam pikiran...

2 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler